Sunday, July 3, 2016

Seoul di bulan Januari

Dalam perjalanan pulang kami dari liburan di rumah keluarga tantenya Duo Lynns di negeri Paman Sam, kami transit di Incheon lagi selama 23 jam. Karena hampir 1 hari, kami memutuskan untuk menginap di downtown untuk melihat Seoul di bulan Januari, sekaligus membeli oleh-oleh untuk keluarga di Jakarta. Kami mendarat di Incheon pukul 16.30. Saat kami mendarat, kami diberi tahu oleh pramugari bahwa suhu di Incheon cukup rendah. Kami pun menyiapkan perlengkapan musim dingin kami di tempat yang mudah terjangkau. 

Kembali kami harus melewati imigrasi terlebih dahulu. Kali ini hampir semua petugas bagian imigrasi wajahnya ditekuk. Ternyata karena orang-orang sebelum kami bermasalah dan berteriak-teriak menghina petugas imigrasi. Mereka adalah turis dari Mainland, berdasarkan logat yang kami dengar, dan karena kesalnya, salah seorang petugas perempuan (masih muda) menjawab dalam bahasa Mandarin yang lancar. Dia meminta turis tadi untuk lebih sopan sedikit. Saat kami menunjukkan visa Paman Sam, bukti tiket untuk besok dan juga bukti penginapan, petugas yang ada langsung memberi cap di passport kami. Lalu kami dipersilakan untuk melalui bagian imigrasi. 

Kali ini, karena kami transit tanpa mengeluarkan bagasi, kami langsung berjalan menuju transportation center untuk menaiki Arex. Since kami tidak membawa apapun, maka kami naik Arex all stop menuju stasiun Seoul. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul lima lebih dan langit mulai gelap. Saat di dalam Arex, oma berkata ternyata tidak sedingin yang dikatakan pramugari ya. Saya langsung menjawab kita memang tidak kedinginan di dalam kereta karena ada heater dan kursinya pun dihangatkan. Dan saat ada penumpang yang naik di stasiun pertama yang kami lewati, saya segera memberi tahu si oma. Penumpang ini menggunakan baju lengkap tertutup dari atas sampai kaki dan terlihat perlengkapan yang digunakannya tebal sekali. Lalu oma berkata berarti di luar dingin ya :D 

Perjalanan dari Incheon menuju stasiun Seoul ditempuh dalam waktu 56 menit. Sesampainya di stasiun Seoul, karena sudah pernah lewat sini, kami segera berjalan menuju line 4. Kami menginap di hotel Oriental Myeongdong. Dengan demikian, tujuan kami adalah stasiun Myeongdong dan kami keluar dari exit 4. Walaupun Myeongdong adalah stasiun yang cukup banyak dikunjungi, rasanya saya tidak menjumpai eskalator ataupun lift di setiap exit di stasiun Myeongdong. Jadi kembali kami menaiki tangga. Saat menuju exit, di dalam underground-nya, banyak sekali barang-barang pernak-pernik yang dijual di Myeongdong. Harganya murah-murah loh. Jadi buat yang suka shopping, boleh mampir ke underground market-nya. Di perjalanan menuju hotel, kami mampir dulu ke CU (family mart) untuk membeli makanan buat oma. Oma tidak mau ikut jalan lagi, jadi kami membeli makanan Korea yang siap saji untuk oma. Setelah itu kami langsung menuju ke hotel. 

Hotel New Oriental Myeongdong sebetulnya hotel lama yang baru direnovasi. Kalau menurut review yang saya baca sebelum membooking hotel, hotel ini dulu tidak begitu bagus. Banyak yang komplain saluran air dan pembuangan di hotel ini sangat tidak bagus. Tetapi setelah direnovasi, review untuk hotel ini langsung bagus. Apalagi saat kami membooking, lagi ada promo yang membuat biaya menginap jadi lebih murah. Dan di hotel ini ada kamar yang bisa menampung 3 orang dewasa (1 double bed dan 1 single bed). Jadi kami memutuskan untuk menginap di sini. Oya, dari hotel ini, kita dapat melihat Namsan Tower juga loh. Jadinya mintalah kamar yang menghadap ke N Seoul Tower. Hotel ini mempunyai rooftop garden yang view-nya menuju N Seoul Tower.

Setelah meletakkan barang-barang, memastikan oma aman dan nyaman di dalam kamar, kami kembali mengenakan perlengkapan dan berjalan kembali. Tujuan kami adalah membuat anak-anak menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan (sehingga saat kembali ke hotel nanti bisa langsung tidur dengan pulas) sekaligus makan malam di Yoogane Myeongdong. Saat terakhir kali kami mengunjungi Myeongdong, kami tidak sengaja melewati Yoogane yang belum tertulis di peta Myeongdong yang kami dapatkan. Posisinya lebih dekat dibandingkan Yoogane cabang utama yang berada di dekat Myeongdong Kyoja. Kami berjalan menuju perempatan Shinsegae. Udaranya bukan main dingin, tetapi melihat dekorasi natal di depan Shinsegae membuat rasa dingin itu sedikit berkurang. Kami berjalan secepat mungkin menuju Yoogane. Adik yang kedinginan, dan sudah mulai teler, tidak mau berjalan. Akhirnya saya menggendong dia sampai di dekat Yoogane.

Yoogane ini terletak di antara deretan toko-toko kosmetik di jalan Myeongdong 8ga-gil. Lambang khas Yoogane akan menjadi petunjuk yang mudah untuk menemukannya. Yoogane adalah restoran dakgalbi yang terkenal dengan bokkeumbap atau nasi gorengnya. Dakgalbi adalah ayam yang dipotong kecil-kecil dan ditumis dengan bumbu gochujang (pasta cabai merah). Ayam tersebut ditumis dengan kol, bawang bombai dan daun bawang. Sebetulnya galbi artinya rib atau iga yang direndam bumbu, tapi untuk ayam ini tidak ada iganya. Bahan-bahan lain yang biasa bisa dimasukkan dan dimasak bersama dakgalbi adalah nasi, tteokbokki, ubi, mie dan sebagainya. Namanya pakai gochujang, pastilah pedas. Bisa juga diberikan mozzarella cheese untuk mengurangi rasa pedas. Atau pesan dakbulgogi, ayam yang dimasak dengan bumbu bulgogi. Kami pernah mencoba makan di Yoogane Citywalk Sudirman. Tetapi pelayanannya kurang memuaskan. Jadi penasaran untuk mencoba di negeri asalnya. 
Tampang teler Duo Lynns dengan celemek Yoogane.
Saat kami masuk ke dalam restorannya, sepanjang mata memandang rata-rata yang makan di situ adalah anak-anak muda yang baru pulang kerja. Kami dipersilakan untuk duduk dan diberikan menu. Kebijakannya adalah tidak boleh memesan satu menu untuk berdua. Jadi minimal dua porsi untuk minimal dua orang. Maksud hati ingin memesan bulgogi fried rice yang tidak pedas, tetapi papa salah menunjuk. Papa menunjuk dakgalbi fried rice yang pedas. Oya, di sini juga bisa ditambahi toping lainnya loh. Kami menambahkan combination dokboki (tulisannya begitu ya) dan mozzarella cheese. Combination dokboki berisi tiga macam dokboki, yaitu original, sweet potato, dan keju. Kalau di Indonesia hanya ada original saja. Selesai memesan, kami diminta membayar terlebih dahulu. 
Menu di Yoogane. Sumber foto: theseoulguide.com
Ciri khas yoogane adalah pelayan di sana akan memasak di depan kita. Karena ada anak-anak, mereka memilih untuk memasak di meja sebelah kami. Sambil menunggu, kami mengambil berbagai macam banchan yang disediakan di corner khusus. Ada kuah kimchi dingin juga loh, kuahnya seperti kuah asinan bogor tetapi rasanya lebih soft. Banchan ini free refil, bisa diambil sepuasnya. 

Setelah matang, pelayannya memindahkan pesanan kami ke meja kami. Barulah kami sadar bahwa kami salah memesan. Maka kami memesan kembali dakbulgogi fried rice. Jadi total yang kami pesan adalah 2 porsi dakgalbi fried rice (plus tambahan combination dokboki dan mozzarella) dan 2 porsi dakbulgogi fried rice. Bagaimanakah perbandingan rasanya dengan yang di Indonesia? Tentu saja yang di sini jauh lebih enak. Selain bahan tambahannya yang bermacam-macam, tersedia juga banchan yang free refill, plus udara dingin yang membuat makan jadi jauh lebih enak. Berhubung tidak habis, porsinya besar sekali, kami meminta pelayannya untuk membungkus sisanya.

Bagi yang mau mengunjungi Yoogane di Seoul, Yoogane lumayan tersebar dimana-mana dan merupakan alternatif favorit bagi para turis yang mencari makanan halal. Cukup cari lambang seperti di bawah, lalu masuk ke dalam restorannya. Jangan lupa meminta menu dengan bahasa Inggris ya.
Lambang Yoogane. Sumber foto: Yoogane.co.kr
Awalnya kami berpikir untuk melihat Cheonggyecheon di malam hari, karena suhu yang begitu dingin, dan kami sudah begitu mengantuk, kami berpikir untuk kembali ke hotel. Untuk mengurangi kedinginan yang ada, maka kami masuk ke dalam Hoehyoen underground shopping center. Pusat perbelanjaan bawah tanah merupakan hal yang biasa di Seoul. Tujuannya mungkin untuk mempermudah pejalan kaki di musim dingin dan membuat jalanan bawah tanah lebih hidup.Hoehyeon underground shopping center terkenal sebagai tempat jual koin kuno atau mata uang edisi lawas. Memang sebelum ke Seoul, saya sudah mencari gambar tentang Hoehyoen. Siapa tahu dapat digunakan. Dan ternyata memang berguna. 
Denah exit Hoehyeon Underground Shopping Center. Sumber: google.
Tiba-tiba si adik berkata kalau dia mau ke toilet. Kami mencoba meminta adik untuk menahan sampai kami tiba di hotel. Tetapi adik bilang tidak bisa tahan (dengan ekspresi panik). Beruntunglah di underground shopping center ada toilet. Saya sudah males rasanya ke toilet umum, terbayang toilet di Indonesia yang biasanya kurang sedap dipandang. Tetapi, toilet di sini bersih dan ada toilet khusus anak-anak. Saya cukup terkagum-kagum melihat fasilitas untuk anak-anak di sini. Setelah selesai, kami segera jalan dan kembali ke hotel. 

Saat kami tiba di kamar, oma sudah bersiap-siap untuk tidur. Saya mencoba melihat N Seoul Tower dari jendela, lampunya berwarna biru. Berdasarkan info yang pernah saya baca, warna lampu N Seoul Tower ada artinya loh. Kalau biru berarti udaranya lagi bersih. Berarti masyarakat disarankan berjalan-jalan. Tapi mengingat dingin dan masih jetlag, kami memilih untuk berada dibalik selimut. Anak-anak cepat sekali tertidur. Tujuan kami berhasil. Harapannya anak-anak akan terbangun jam 6 pagi. Kami pun segera merebahkan diri dan tidur. 

Kami terbangun karena kakak dan adik membangunkan kami. Dan ternyata....baru jam 3 pagi. Yang artinya, mereka jetlag. Mereka sibuk main ini itu, dan rasanya kami pun jetlag. Kami juga langsung segar dan lapar. Beruntunglah kami mempunyai snack dan sisa makanan semalam. 

Sambil menunggu pagi, kami membereskan barang, sementara Duo Lynns sibuk menggambar. Setelah itu, saya menggunakan perlengkapan untuk pergi membeli sarapan. Rencananya, sarapan pagi ini adalah makan gimbap di gimbap heaven. Oma pun pergi bersama saya sementara papa dan anak-anak menonton TV. 

Gimbap (gim = kim = rumput laut, bap = nasi) merupakan makanan khas masyarakat Korea terdiri dari nasi dan bahan-bahan yang lain yang digulung dengan rumput laut. Dengan kata lain, gimbap mirip dengan sushi. Bedanya, kalau sushi nasinya diberi vinegar atau mirin, sedang nasi di gimbap diberi minyak wijen dan garam. Isi gimbap lebih sederhana dibanding sushi, dan lebih banyak sayurnya. Biasanya gimbap dimakan saat sedang pergi-pergi atau piknik. Saya sendiri suka membuat ini di rumah, sesuai request kakak, tetapi mencoba yang asli di negara asalnya tentuk lebih menarik.

Di Korea sendiri banyak yang menjual gimbap. Salah satunya adalah Gimbap Heaven (gimbap cheonguk). Restoran ini tersebar dimana-mana dan biasanya buka 24 jam. Yang dijual tentu saja bukan hanya gimbap, tetapi juga ada mie, nasi, sup, dan sebagainya. Dan bagi para backpackers, Gimbap Heaven merupakan penolong mereka, karena makanan yang dijual sangat murah. Saat kami masuk, ahjumma di situ menyambut dengan ramah dan memberikan menu. Di menunya terdapat gambar dan tulisan dalam bahasa Inggris. Kami memesan gimbap dengan ham, gimbap kimchi, dan gimbap keju. Satu porsi cukup besar dan harganya hanya 2.500 won. Di sana pun banyak yang duduk dan memesan makanan. Masyarakat setempat rasanya. Selesai membeli, kami berjalan kembali ke hotel. Walaupun matahari belum terlihat, tetapi sudah banyak orang yang bersiap-siap pergi ke kantor. Hampir semua yang berjalan membawa tentengan bekal untuk sarapan.
N Seoul Tower di pagi hari.
Kami kembali ke kamar dan segera menghabiskan makan pagi kami. Rencananya pagi ini kami mau ke rooftop untuk berfoto, kemudian check out dan pergi ke Namdaemun Market untuk membeli suvenir. Rooftop di hotel New Oriental terletak di paling atas. Dan untuk mencapai ke sana, kami harus naik tangga. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di atas sana. Restoran yang ada di atas pun menuliskan bahwa mereka tutup selama musim dingin. Wajar sih. Dengan cuaca yang begitu dingin, orang-orang pasti akan memilih untuk makan di dalam ruangan yang hangat. Setelah berfoto, kami segera turun untuk mengambil barang kami. Sementara papa mengurus untuk check out, kami mencari toilet dekat resepsionis. Daripada di jalan kepingin ke toilet. Setelah selesai, kami berjalan menuju Namdaemun market.

Dari hotel kami, untuk menuju Namdaemun market tidaklah jauh. Dan kami pun berbekal peta Namdaemun market yang sudah saya simpan di handphone. Namdaemun market merupakan pasar terbesar di Korea dengan berbagai macam barang. Hampir semua barang ada di sini. Dari baju sampai makanan, perabotan rumah tangga, jam, kamera, dan sebagainya. Sistemnya semakin banyak kita membeli, semakin murah. Dan banyak yang bilang, berbelanja di dalam gedung (katanya gedung D), jauh lebih murah daripada berbelanja di abang-abang yang ada gang-gang. Di sini banyak ahjumma yang duduk dan menawarkan uang untuk ditukar. Katanya rate di sini bagus sekali, cuma ya sabar-sabar untuk menghadapi ahjumma yang suaranya besar dan agak galak.
Peta Namdaemun market. Sumber foto cavinteo.blogspot.com
Namdaemun (nam = selatan, dae = besar, mun = pintu) market dapat diterjemahkan sebagai pasar yang berada di dekat pintu gerbang selatan. Sepertinya zaman dahulu, pasar berada di dekat pintu gerbang. (Dongdaemun = pintu gerbang timur). Bagi yang senang berbelanja, tempat ini mungkin lebih enak dan lebih murah dibanding Dongdaemun market. Apalagi di pasar ini tempat belanjanya dikelompokkan berdasarkan jenis barang yang dijual. Saya sarankan sebaiknya membuka dahulu website resminya untuk melihat lebih jelas. Bagi yang tidak suka belanja pun, di sini banyak makanan yang dapat dicoba.
Denah di dalam Namdaemun Market. sumber foto:namdaemunmarket.co.kr
Kami memotong jalan untuk menyeberang, melewati Hoehyeon underground lagi. Dan saat kami sampai di area Namdaemun market, kami terbengong-bengong. Luas sekali dan rasanya langsung pusing. Maklum, saya bukan tipe orang yang suka belanja. Akhirnya, daripada habis waktu mencari barang, kami memutuskan masuk lagi ke underground dan mencoba mencari suvenir di Myeongdong.

Saat kami berjalan di dalam underground, ternyata banyak juga yang menjual suvenir yang bagus-bagus. Suvenir di tempat ini merupakan suvenir handmade, yang sangat otentik, dan juga suvenir umum seperti gantungan kunci, kipas, dan sebagainya. Kami mencoba bertanya kepada penjualnya. Dan harganya termasuk murah loh, dibanding dengan Myeongdong. Akhirnya kami membeli beberapa suvenir di toko ini. Penjualnya adalah seorang ibu dan anaknya. Mereka sibuk menunjuk Duo Lynns sambil senyum-senyum. Saat kami mau beranjak, si ibu tersebut memberikan dua gantungan handphone kepada Duo Lynns. Anak-anak tersenyum senang dan berkata gamsahamnida.

Kami melanjutkan perjalanan kami menuju stasiun Myeongdong. Exit yang terdekat adalah exit dekat Uniqlo, yaitu exit 6. Saat kami melewati Uniqlo, di depannya ada banyak kaos kaki yang lucu-lucu. Alhasil, kami membeli lagi kaos kaki ini untuk anak-anak kecil.

Tujuan kami berikutnya adalah Lotte Mart lagi. Kali ini oma yang kepengen beli rumput laut dan cemilan-cemilan lainnya. Berhubung kami sudah pernah mengunjunginya, maka perjalanan menuju Lotte tidak terlalu membingungkan. Walau demikian, jalan yang naik turun cukup membuat oma lelah.

Begitu kami sampai di Lotte Mart, kami mencari locker untuk meletakkan barang kami. Locker di situ gratis, dengan catatan tidak lebih dari 2 jam. Hal yang harus dilakukan adalah registrasi melalui mesin yang disediakan, lalu kita bisa memilih jenis locker yang diinginkan. Setelah itu locker yang kita inginkan akan terbuka. Tinggal masukkan barang kita dan tutup kembali. Maka locker akan terkunci otomatis. Mudah bukan? Kami norak saat menutup locker tersebut. 

Belanjaan yang kami beli hampir sama seperti belanjaan kami yang kemarin. Masih seputar rumput laut, crackers tteokbokki, buckwheat tea (karena brown rice green tea sudah tidak ada promo), dan honey tong tong. Oma malah lebih seru lagi belanjanya. Selesai belanja kami memindahkan barang-barang tersebut ke dalam tas kami. Sementara papa mengklaim untuk tax refund, saya mengambil tas di locker. Setelah itu kami bergegas kembali ke stasiun Seoul untuk makan siang. 

Stasiun Seoul merupakan stasiun yang sangat besar dan ramai. Hal ini wajar karena stasiun ini merupakan stasiun untuk dalam kota dan luar kota. Karena itu, banyak juga outlet dan restoran-restoran. Kami memilih makanan cepat saji. Di situ terdapat Lotteria dan McDonald. Posisinya saling berdampingan. Pilihan jatuh pada McDonald, karena Lotteria sudah kami kunjungi sebelumnya.

Siang itu, McDonald penuh dengan orang, dan kami bersyukur masih tersisa tempat untuk kami. Padahal belum jam makan siang loh. Kami makan secepat mungkin. Saat kami makan, banyak sekali tentara di sekitar kami. Melihat perawakan mereka, mereka seperti sedang mengikuti wajib militer. Sesudah merapikan meja dan membuang bekas makanan kami, kami segera beranjak. 

Untuk menuju line khusus Arex, kami mengikuti petunjuk yang ada. Setelah kami duduk di dalam arex all stop, adik mulai tertidur. Oma dan papa juga tertidur. Saya berusaha untuk tidak tidur, takut kebablasan tidur. Kami memang jetlag. Jadi siang hari terasa begitu mengantuk. Tak berapa lama kemudian kami tiba di Incheon airport. Kami segera masuk ke bagian imigrasi dan kali ini kami sempat mengurus tax refund. Lumayan deh, setidaknya ada potongan. Hehehe.

Berakhirlah petualangan kami di negeri ginseng. Jauh di dalam hati, pengen lagi deh main ke sana. Bahkan saat menulis kisah kami selama di Seoul, Duo Lynns bertanya kapan main ke sana lagi. Mereka menikmati jalan-jalan di Seoul. Kami berangan-angan kalau datang lagi ingin rasanya meluangkan waktu minimal seminggu, biar puas jalan-jalannya. (Amin!!!)

Sekilas Informasi
Hotel New Oriental Myeongdong
Website: http://orientalmyeongdong.com:4445/html/about/about_hotel.asp

Yoogane Myeongdong
Website: http://yoogane.co.kr/new/
Jam buka:  10.00 - 01.00 (cabang utama), 10.45 - 12.00 (cabang kedua)
Cara menuju ke sana:
- Stasiun Myeongdong exit 8, kemudian belok kiri dan berjalan lurus sampai melihat lambang Yoogane.

Namdaemun Market
Website: http://www.namdaemunmarket.co.kr/english/
Jam buka: 22.30 - 16.00. (ada yang sampai malam lagi)

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, silakan klik link berikut ini.

No comments:

Post a Comment