Thursday, February 22, 2018

Review of Step Inn Myeongdong 1

Tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara yang mempunyai empat musim mempunyai magnet tersendiri bagi kita orang-orang yang tinggal di negara tropis. Salah satu daya tarik utamanya adalah musim dingin. Walau sudah tahu musim dingin itu suhunya bisa minus, kita bisa kedinginan seperti masuk freezer, namun pasti orang-orang, termasuk kami, masih tetap mau pergi untuk menikmati suasana yang tidak pernah kita rasakan. 

Kali ini kami menyelesaikan liburan musim dingin yang tertunda saat kami berlibur di waktu yang lalu. Setelah menabung dan berburu tiket murah di GATF (surprisingly harga tiket lebih murah dibanding GATF sebelumnya), kami pun mulai menyusun jadwal kami selama di sana dan mencari tempat untuk kami menginap. Karena kami berencana jalan-jalan selama tujuh hari di bulan Januari, asumsi salju sudah turun di bulan Januari, maka kami pun berusaha mencari penginapan yang dekat dengan stasiun MRT dan banyak makanannya. Sempat kami berpikir untuk menginap di tempat kami menginap saat pertama kali ke Korea. Namun berdasarkan pengalaman kami mengunjungi Seoul di bulan Januari di waktu yang lalu, suhu di bulan Januari biasanya bisa sampai minus. Kalau menginap di sana, rasanya perjalanan dari stasiun ke tempat penginapan itu akan terasa berat karena dingin. Maka kami pun mencari tempat lain.

Pilihan tempat kami tetaplah daerah Myeongdong. Biasanya saat orang ke Seoul, mereka akan bingung mau menginap di Hongdae atau di Myeongdong. Hongdae terkenal sebagai daerah banyak mahasiswa dan kalau malam sangat ramai. Namun sedikit sekali guesthouse yang berada sangat dekat dengan stasiun MRT di Hongdae. Sedangkan di Myeongdong banyak guesthouse dan hotel yang dekat dengan stasiun MRT. Selain itu Myeongdong terkenal sebagai tempat belanja dan makan, salah satunya adalah Myeongdong Kyoja. Namun demikian, jika mencari guesthouse atau hostel daerah Myeongdong lebih baik membuka peta. Karena ada juga guesthouse yang daerah Myeongdong tetapi jalan menuju guesthouse tersebut menanjak atau banyak anak tangga. Kebayang kan kalau bawa anak-anak.

Incaran kami saat itu adalah guesthouse atau hostel yang dekat dengan stasiun Myeongdong dan exitnya antara exit 5 sampai 10. Saat kami sedang mencari di Agoda, kami terpikat dengan Step Inn Myeongdong 1 yang dulunya bernama Philstay Hotel. Melihat review yang baik mengenai tempat ini, kami jadi kepingin menginap di sini. Sayangnya harganya lumayan tinggi dari budget kami. Saya mencoba untuk melihat website Agoda setiap hari, siapa tahu mereka tiba-tiba ada diskon. Dan ternyata memang ada waktu-waktu tertentu Agoda mengadakan diskon untuk beberapa penginapan terpilih. Dan saat didiskon, harganya sesuai dengan budget kami. Praise the Lord :)
Incheon Airport
Setelah kami tiba di Incheon Airport dan mengisi T-Money kami, kami pun menuju stasiun AREX di lantai basement. Kali ini kami naik AREX all stop dari Incheon menuju Seoul Station dan berpindah menuju line 4 menuju Myeongdong. Untuk menuju hotel ini sangatlah mudah. Kami keluar dari exit 7 (karena ada eskalator menuju ke atas) dan berjalan mengikuti peta yang ada. Step Inn Myeongdong 1 terletak di gedung Taeheung. Jadi gedung ini terdiri dari beberapa lantai dan di sini ada beberapa hotel dan guesthouse. Step Inn berada di lantai 14 dan 15.
Arah menuju Step Inn Myeongdong.
Saat kami tiba di sana, lobby berada di lantai 15, kami disambut oleh Nathan dan Andrea. Saat Nathan melihat bukti pemesanan dan kami (dua dewasa, dua anak-anak, dan 2 koper medium), Nathan terlihat membicarakan sesuatu dengan Andrea. Dalam bahasa Korea tentunya. Nathan pun akhirnya menjelaskan bahwa kamar yang kami booking, twin room without window, memang sudah siap. Namun karena melihat jumlah kami dan lamanya kami tinggal, rasanya akan tidak nyaman untuk kami tinggal di kamar itu. Sedangkan kamar yang harganya diatas kamar yang kami pesan tidak ada yang available.
Gedung Taeheung, tempat dimana Step 
Dia berkata bahwa dia akan menunjukkan dua tipe kamar. Yang pertama adalah yang kami pesan di lantai 15. Karena ranjangnya yang twin, space untuk membuka koper hanya sedikit. Seingat saya ada yang model lain, tetapi mungkin sudah digunakan orang lain. Yang kedua adalah kamar bunk bed yang berada di lantai 14. Kamar di lantai ini baru direnovasi dan penataannya membuat kamar ini terlihat besar. Nathan menyerahkan kepada kami untuk memilih kamar yang nyaman bagi kami dan anak-anak. Kami memilih kamar bunk bed dan Nathan pun memberikan kepada kami uang kembalian sebagai selisih dari harga kamar twin dengan kamar bunk bed.

Kami tidak menyesal memilih Step Inn Myeongdong dan kami sangat menikmati waktu istirahat kami di sini. Ada beberapa alasan mengapa Step Inn menjadi pilihan yang tepat bagi kami saat jalan-jalan di Seoul.
1. Step Inn berada di Myeongdong. Selain banyak tempat belanja dan banyak makanan, Myeongdong menurut kami agak berada di tengah. Jadi mudah bagi kami untuk kemana-mana dan menikmati street food.
2. Posisi Step Inn sangat strategis. Posisinya ditengah-tengah dua stasiun, yaitu stasiun Myeongdong dan stasiun Euljiro 1-ga. Stasiun Myeongdong berada di line biru atau line 4 sedangkan stasiun Euljiro 1-ga berada di line hijau atau line 2. Kedua line ini banyak digunakan jika kita ingin mengunjungi tempat wisata. Jadi buat para backpackers yang suka naik public transport, seperti kami, tempat ini memudahkan kami untuk berpetualang.
3. Staff di Step Inn sangat ramah. Dari pengamatan kami, staf di sini ada orang Taiwan dan orang Korea. Mereka sangat ramah dan tanggap untuk memberikan bantuan. Kemampuan bahasa Inggris mereka juga lumayan. Oya, Nathan dapat mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia, hasil bercakap-cakap dengan turis-turis dari Indonesia.
Lobby dan ruang makan di Step Inn.
4. Walaupun kamarnya bunk bed alias ranjang susun, tetapi kamarnya nyaman dan bersih. Ini adalah pertama kalinya kami menginap di bunk bed room. Tetapi ternyata menginap di bunk bed room menjadi keseruan buat Duo Lynns. Kamar mandinya pun bersih. Dan yang paling menarik, setiap kamar dilengkapi dengan colokan atau soket USB. Jadi tidak perlu membawa universal adaptor ke sini. Dan memang tidak perlu, karena kan colokan di sini sama dengan di Indonesia. Hehehe.
Kamar mandi dengan sekat. Klosetnya ada banyak pencetannya loh....
Ranjang susun yang nyaman dan colokan USB di ranjang atas dan bawah.
5. Tersedia sarapan setiap harinya. Bagi backpackers, adanya sarapan atau makan pagi lumayan mengurangi budget makan selama traveling. Sarapan tersedia dari pukul 07.00 hingga 10.00. Lumayan pagi jika dibanding guesthouse lainnya. Tetapi kami lebih suka seperti ini karena kami dapat sarapan lebih awal dan jalan lebih pagi untuk berpetualang. Setiap hari tersedia aneka cereal, roti (roti tawar, roti gandum, roti dengan biji-bijian) dengan pilihan selai, butter, dan cream cheese. Selain selai, tersedia juga madu, keju, ham dan telor asap. Untuk minumannya, ada susu, kopi, aneka teh, dan juice. Walau menunya selalu sama, namun kami cukup bahagia. Karena kami membawa mie gelas (jaga-jaga kalau tengah malam mama papanya kelaparan), kami sempat memakannya untuk sarapan. Tinggal tambah telur, keju, dan ham. Yummy....
Makanan dan minuman saat sarapan.
Our favorite ham and cheese.
6. Tersedia air, kopi, dan teh 24 jam. Ini alasan kenapa saya suka tinggal di gueshouse atau hostel. Kalau di guesthouse, kami tidak perlu membeli air karena guesthouse sudah menyediakannya. Kalau malam mau minum teh tinggal ambil teh dan menyeduhnya di lantai 14. Enak bukan?
7. Ada mesin cuci dan rak untuk mengeringkan baju. Karena baju saat jalan-jalan di musim dingin tebal-tebal, adanya mesin cuci memudahkan kami sehingga kami tidak perlu membawa banyak baju. Malam mencuci baju, dan menjemurnya di dalam kamar, keesokan pagi sudah kering.
Dapur dan mesin cuci mini di lantai 14.
Saat kami pulang, anak-anak bertanya apakah mereka boleh menginap di Step Inn lagi jika ke Seoul lagi. Dan sekarang pun saat membuat artikel ini, Duo Lynns kembali mengulang pertanyaan tersebut. Duh, jadi terbayang saat-saat kami menginap di sana dan menginap di sana kembali...
Jam yang menemani kami selama di sana:)
Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, beserta tips dan informasi lainnya, silakan klik link berikut ini.


Step Inn Myeongdong
website: http://www.stepinnmd1.com/en-us
Alamat: Taeheung Bldg. 15F, 55, Myeongdong-gil, Jung-gu
Telepon: +82222678888
Email: stepinnmd1@gmail.com
Cara menuju:
- stasiun Myeongdong exit 7 atau 8 dan berjalan mengikuti peta yang ada (kurang lebih 5 menit).
- stasiun Euljiro 1-ga exit 5 atau 6 dan berjalan mengikuti peta yang ada (kurang lebih 5 menit).

Sunday, February 18, 2018

Bersantai di Perpustakaan Nasional

Salah satu kegiatan yang paling saya sukai dari kecil adalah membaca. Bagi saya, saat membaca, bukan hanya saya mengetahui banyak informasi, tetapi saya juga bisa santai sejenak. Dan sejujurnya saat saya sekolah dari SD sampai dengan kuliah, saya hanya datang ke perpustakaan sesekali saja walaupun saya suka membaca. Mengapa? Karena saya tidak tahan dengan bau buku tua dan bau apek di dalam perpustakaan (no offense ya). Bagi saya, berbeda dengan perpustakaan diluar yang wangi dan terang, perpustakaan saat saya sekolah terkesan gelap dan apek.

Namun pandangan itu berubah saat kami dan teman-teman mengunjungi perpustakaan nasional yang baru saja diresmikan pada 14 September 2017 yang lalu. Pertama kali Duo Lynns menginjakkan kaki di tempat ini, Duo Lynns cukup norak melihat gedung perpustakaan yang besar. Pengalaman mereka hanyalah mengunjungi perpustakaan di Cikini. Desain gedung yang seperti buku terbuka ini membuat gedung baru ini terlihat begitu megah. Dan bukan saja gedungnya yang megah, parkirannya pun banyak. Dengan adanya parkiran basement para pembawa kendaraan bermotor menjadi lebih tenang saat berkunjung ke sini.
Perpustakaan Nasional
Kami membuat kartu anggota dan langsung menuju lantai 7 yang memang dikhususkan untuk anak-anak. Saat masuk ke situ, hilanglah semua bayangan akan perpustakaan yang membosankan. Sayangnya kunjungan kami yang pertama hanya sebentar, dan anak-anak lebih banyak bermain di playground yang berada di dalam ruangan. Hmm, adanya playground memang membuat anak tergoda untuk bermain.

Belum merasa puas, kami pun mengunjungi kembali perpustakaan ini bersama-bersama teman-teman yang berbeda. Karena papa sibuk, maka om Grab yang mengantar kami. Dari depan gedung, kami diarahkan satpam untuk masuk ke bangunan tua. Kami pun manut dengan pak Satpam. Dan memang ketaatan akan menghasilkan buah yang baik bukan?

Bangunan tua ini menyimpan pameran benda-benda yang berhubungan dengan sejarah perpustakaan dan juga sejarah atau bagaimana cara orang menulis. Dan yang cukup mengejutkan kami, mereka memadukan lukisan di dinding dengan gambar interaktif dari proyektor.
Diantara dua pilihan....
Quote dari R.A. Kartini
Dari pameran yang ada, kami mendapatkan beberapa informasi. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, karya rekam termasuk digital, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Dengan kata lain, perpustakaan bukan hanya mengenai pengumpulan buku, namun juga menjaga buku-buku tersebut dan mengorganisir buku-buku tersebut sehingga dapat digunakan untuk kebutuhan apapun.
Perpustakaan keliling yang akan mendatangi daerah-daerah terpencil agar semua anak dapat membaca. 
Peta Indonesia secara interaktif.
Gambar interaktif yang dipadukan dengan lukisan di dinding.
Berbagai sarana untuk menulis, dari bambu, daun lontar, kayu ulin, hingga kertas.
Setelah puas berfoto melihat-lihat, kami pun berpindah ke gedung baru, Gedung baru ini terdiri dari 24 lantai. Setiap lantai mempunyai berbeda isinya. Lantai 1 merupakan lobby hall dan display. Di lantai ini ada beberapa cafe yang dapat dikunjungi oleh pengunjung perpustakaan yang sedang kelaparan atau mencari cemilan. Lantai kedua adalah tempat layanan keanggotaan. Apa sih keuntungannya menjadi anggota perpustakaan? Ya pasti dapat meminjam buku yang kita mau. Pembuatan kartu ini tidak lama, tetapi yang membuat lama adalah banyaknya orang yang ingin mendaftar. Disarankan mendaftar dulu secara online di website mereka. Jadi sampai sana tinggal mengantri untuk foto dan mengambil kartu.
Direktori Gedung Perpusnas.
Seperti waktu yang lalu, lantai yang kami tuju adalah lantai 7, tempat yang menjadi surga buku bagi anak-anak. Berbeda dengan saat pertama kali kami datang, sekarang sudah tidak ada tempat mainnya. Suatu hal yang baik, jadi anak-anak dapat lebih semangat membaca buku. Buku-buku di sini lumayan lengkap loh. Ada buku-buku cerita, buku terbitan Grolier, buku-buku berbahasa Inggris, ensiklopedi, dan buku-buku lainnya. Yang menarik adalah pilar-pilar di lantai ini dihiasi wall paper yang berisi cerita-cerita rakyat, seperti kisah Raja Ampat, sungai Landak, dan Tadulako Bulili.
Salah satu rak yang berisi buku-buku.
Dinding bercerita
Karena banyaknya buku yang menarik, kami pun bertanya kepada petugas perpustakaan apakah kami dapat meminjam buku. Ternyata kami hanya dapat membaca, bukan meminjam. Alasannya karena buku-buku di perpustakaan nasional Salemba belum semuanya dipindahkan ke sini. Jadi untuk sementara pengunjung belum dapat meminjam buku. 
Asyiknya membaca...
Buat yang membawa tas, kita dapat menitipkan di loker yang disediakan. Jadi acara membacanya akan lebih enak dan kita pun tidak akan dicurigai membawa buku tersebut pulang (eh...). Untuk yang membawa bayi, di sini juga ada nursery room. Dan dibagian luar terdapat bagian outdoor yang dapat digunakan untuk aktivitas anak. Menarik bukan? Rasanya saya betah di dalam sini seharian.
Sudut membaca yang nyaman
Oya, di sini juga ada panggung. Mungkin untuk acara-acara istimewa. Dan begitu melihat panggung, anak-anak ini langsung lupa daratan dan sibuk berpose diatas panggung. Untungnya hari itu perpustakaan sepi, kalau tidak kami bisa dipelototi oleh staff yang ada.
Lupa daratan jika melihat panggung.
Setelah puas berfoto, dan sudah jam makan siang, kami pun memutuskan untuk pulang. Tentu saja acara bermain dan membaca di sini tidak cukup sekali saja. Akan ada kesempatan lain dimana kami bisa membaca kembali di sini. Dan seperti kata R.A. Kartini diatas, untuk memajukan masyarakat dibutuhkan peran serta keluarga. Salah satunya dengan cara menjadikan membaca di dalam keluarga.
Sekolah-sekolah saja tidak dapat memajukan masyarakat, tetapi juga keluarga di rumah harus turut bekerja. Lebih-lebih dari rumahlah kekuatan mendidik itu harus berasal  ~ R.A. Kartini

Perpustakaan Nasional
www.pnri.go.id
Jl. Medan Merdeka Selatan no.11 Senen, Gambir, Jakarta Pusat
Jam operasional: 07.30 - 18.00 (hingga 16.00 untuk Sabtu dan Minggu)

Thursday, February 1, 2018

One Fine Day...


Memasuki tahun 2018, biasanya setiap orang akan mempunyai resolusi atau hal-hal yang ingin dicapai. Demikian juga adik. Jika ditanya, apa yang dia inginkan di tahu  2018 ini, adik akan menjawab berfoto di tulisan Asean Games. Agak lucu sih, tapi ini nyata. Adik senang sekali melihat semua dekorasi Asean Games. Walaupun dia belum mengerti tentang acara akbar ini, namun dia senang melihat warna-warna dan maskot yang ada. 

Setelah meminta dari tahun lalu, yang selalu dijawab tenang saja maskot itu akan ada sampai Agustus 2018, akhirnya kami pun berjalan-jalan ke Monas. Tujuannya jelas, untuk melihat dekorasi Asean Games dan juga menikmati Monas di pagi hari bersama papa. Memang sih, anak-anak sudah pernah ke Monas bersama teman-teman homeschool, tetapi mereka ingin mengunjungi tempat ini bersama papa.

Kami jalan pagi-pagi untuk menghindari teriknya sinar matahari. Karena bersama papa, kami parkir di IRTI dan berjalan menuju Monas. Ternyata walaupun masih pagi, Monas sudah ramai sekali. Mungkin karena masih musim liburan anak sekolah, sehingga banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya pergi ke Monas. Dan bukan hanya itu, banyak juga wisatawan asing yang ikut menjelajah Monas pagi itu. Ada rasa bangga melihat wisatawan asing ini rela pagi-pagi datang ke Monas dan ada rasa kasihan kepada mereka karena mereka terlihat tidak nyaman saat masyarakat sekitar sibuk memfoto mereka dan minta berfoto bareng.

Dimanakah lokasi dekorasi berbau Asean Games? Lokasi terdekat dengan IRTI adalah gerbang yang ada di depan patung kuda alias gerbang selatan. Untuk menuju tempat ini, kami berjalan dari IRTI melalui Lenggang Jakarta dan keluar di dekat tempat naik kereta yang menuju Monas.
Maaf ya om, diganggu sebentar.
Duo Lynns dan maskot Asean Games.
Patung Kuda :)

Nampaknya adik masih belum puas berfoto dengan dekorasi Asean Games. Seingat dia ada juga dekorasi Asean Games di pintu lainnya. Kami pun akhirnya berjalan menuju gerbang barat. Baru kali ini kami mengamati dekorasi yang ada di sepanjang jalan di bagian luar pagar Monas. Selain dengan hiasan pohon lampu warna-warni, kami menemukan burung Garuda di pagar yang ada.
Kami dengan pohon merah :)
Burung Garuda pada pagarnya.

Pohon hijau :)
Cuaca saat itu memang cukup cerah, untungnya pohon-pohon yang rindang sedikit menutupi kami  sehingga kami tidak terlalu kepanasan. Akhirnya kami pun sampai di gerbang barat. Dan....dekorasinya pun sama dengan yang di gerbang selatan. Hal ini tidak menyurutkan semangat adik untuk berfoto kembali. Sayang anak sayang anak =D
Sama kan bentuknya =D
Gerbang barat ini dekat dengan tugu Monas. Jadi jika memang ingin sekalian melihat apa yang ada di dalam Monas, berjalan melalui gerbang barat merupakan pilihan yang baik. Namun kami tidak ada rencana untuk melihat. Selain papa harus kembali bekerja, antrian yang ada cukup panjang. Kami pun berencana kembali ke IRTI lewat dalam Monas. Maksud hati untuk memotong jalan, namun yang ada kami semakin mengitari Monas.
The girls with dad.
Ada apa saja di dalam lapangan Monas? Selain tugu dan monumen yang dapat dilihat, ternyata di dalam lapangan ini terdapat taman yang indah. Dan kami pun berkesempatan melihat rumah burung secara dekat. Kakak yang tadinya cemberut karena kepanasan pun jadi tersenyum melihat rumah burung.
Rumah burung.
Akhirnya kami pun sampai juga di dekat tempat pemberhentian kereta. Kalau tadi antriannya lumayan, sekarang antriannya jauh lebih panjang. Memang Monas mempunyai daya tarik tersendiri. Perjalanan kami di Monas diakhiri dengan berhenti di daerah Lenggang Jakarta. Setelah kepanasan, kami sedikit mengadem di salah satu toko suvenir. Mereka menjual cinderamata dan juga baju-baju. Harga bajunya pun bervariasi. Supaya ada kenang-kenangan dari kunjungan ke Monas, maka kami pun membeli dua kaos yang unik. Harganya? Hanya lima belas ribu rupiah saja :)
Hasil candid papa saat anak-anak mulai kepanasan.